Jumat, 10 Desember 2010

Sosialisasi Penjaringan Naskah Kisah Inspiratif Aktivis IPM

Sehubungan dengan akan diterbitkannya kembali buku yang berjudul “Menjadi Pejuang” edisi revisi, maka kami dari Bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PIP PP IPM) memberitahukan bahwa akan dilakukannya penjaringan naskah/tulisan “Kisah Inspiratif Aktivis IPM” yang nantinya akan kami seleksi untuk dapat dimuat dalam buku tersebut.

Untuk itu kami berharap Pimpinan Wilayah se Indonesia dapat menyebar luaskan informasi ini ke Pimpinan Daerah hingga Rantingnya masing-masing. Adapun penjelasan lebih detailnya, sebagai berikut:


Mekanisme Penjaringan Naskah/Tulisan

“Kisah Inspiratif Aktivis IPM”



1. Pengumuman penjaringan Naskah/Tulisan “Kisah Inspiratif Aktivis IPM”, dimulai tanggal 10-31 Desember 2010, dikirmkan ke alamat email: pip.ppipm@gmail.com

2. Seleksi naskah oleh Tim Independent pada tanggal 1-6 Januari 2011.

3. Proses editing naskah-naskah terpilih hingga siap diterbitkan, dimulai tanggal 6-13 Januari 2011, yang akan dilakukan oleh Tim Penyusunan buku.

4. Tanggal 15 Januari 2011 naskah buku siap naik cetak, yang insyaallah akan terbit tanggal 22 Januari 2011.

5. Format Naskah/Tulisan “Kisah Inspiratif Aktivis IPM”:

§ Ditulis sebanyak 4 halaman kertas A4 dengan spasi 1,5, dengan font Time New Roman.

§ Margin atas dan kiri: 3 cm, sedangkan Margin kanan dan bawah: 2 cm.

§ Bagi tulisan dari Pimpinan Ranting hingga Wilayah harap menyertakan biodata diri, yang meliputi: Nama Lengkap dan Nama Pena, TTL, Alamat, Contact Person, Pendidikan, Nomor Baku Anggota (NBA) IPM, Jabatan di IPM, Pengalaman Organisasi.

§ Sedangkan bagi Pimpinan Pusat, tidak perlu menyertakan biodata diri. Cukup tulisannya saja.

6. Tulisan yang terpilih akan dimuat dalam buku “Menjadi Pejuang” dan akan diumumkan melalui email, FB (pip.ppipm@gmail.com), Milis PP IPM, dan Milis Pelajar Kritis, dan Web Site PP IPM (ipm.or.id).

7. Informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Latif Ajron (Sekretaris Bidang PIP PP IPM): 0857 2907 3132 atau ke FB (pip.ppipm@gmail.com).


Yogyakarta, 10 Desember 2010

Tim Bidang PIP PP IPM

Sabtu, 04 Desember 2010

Gerakan Dakwah “Pelajar Kreatif IPM”


Di tengah arus perkembangan zaman yang begitu pesat, membuat kompetisipun semakin ketat dan dinamis, sehingga menuntut setiap manusia yang cerdas harus pandai dan lincah mengikuti setiap perkembangan zaman yang ada. Sekedar pandai ternyata tidaklah cukup, tetapi kita harus bisa sekreatif mungkin dalam merespon setiap perkembangan zaman tersebut, sehingga dapat bersaing dalam derasnya arus kompetisi global.
Manusia kreatif dengan segenap kepandaiannya tersebut selalu berpikir berbeda, diluar kebiasaan berpikir manusia lainnya, dalam arti lain ia selalu berpikir yang luar biasa dengan segenap ide cemerlangnya, sehingga membuat banyak orang terkagum-kagum, terpesona dan sentak berkata dalam hati “kenapa aku tak terfikir seperti itu”.
Berpikir kreatif yaitu menciptakan sesuatu yang benar-benar baru, yang tak pernah terpikirkan oleh orang lain atau setidaknya berpikir dan menciptakan sesuatu yang kemudian menjadi pembeda dengan hasil ciptaan orang lain yang sebelumnya telah ada. Tentunya sesuatu yang berbeda tersebut haruslah menjadi sesuatu yang kemudian membuatnya menjadi sangat luar biasa. Hal itulah yang dilakukan oleh orang-orang kreatif, seperti kripik singkong diolah menjadi “Q-tela atau Tela-tela”, pembuatan selai pisang bahkan keripik pelepah pisangpun menjadi bermanfaat dan berdaya nilai tinggi.
Sama halnya dalam berdakwah, berpikir kreatif juga dibutuhkan dalam rangka efektifitas dan efisiensi dalam gerakan dakwah itu sendiri, tidak hanya dalam hal penemuan baru yang hasilnya berbentuk produk semata. Terkadang dalam berdakwah juga butuh kreatifitas dalam merancang metode berdakwah sehingga mudah diterima dan dicerna oleh banyak kalangan sebagai obyek dakwah. Demikian juga dengan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), sebagai gerakan dakwah dikalangan pelajar, juga selalu berpikir kreatif dalam menentukan metode dakwahnya sehingga tidak terkesan kaku dan kuno, serta mudah diterima dikalangan basis massa IPM, yaitu pelajar pada umumnya. Dimana para pelajar saat ini hidup di tengah gencarnya arus globalisasi dengan segala bentuk kemajuan zaman yang ada, persaingan yang kompetitif dan pemanfaatan teknologi maupun informasi yang serba canggih, menuntut mereka untuk dapat bersaing di zamannya dan selektif dalam melakukan sebuah pilihan hidup mereka sebagai seorang pelajar.
Hal itu dilakukan oleh IPM dalam setiap pengambilan keputusannya disetiap forum muktamar hingga saat ini. Sehingga gerakan dakwah IPM dalam rangka melakukan penyadaran, pemberdayaan dan pembelaan yang kemudian dikenal sebagai trilogi konsep gerakan Kritis-Transpormatif, tak lagi terkesan kaku dan kusam ditengah arus perkembangan zaman yang ada. Itulah yang di deklarasikan oleh IPM pada Muktamar XIV di Bandar Lampung tahun 2004, yaitu Gerakan Kritis-Transformatif sebagai wujud dari kesadaran dan kepeduliannya terhadap persoalan sosial yang ada, dalam rangka melakukan sebuah perubahan. Terlepas dari adanya pro maupun kontra terhadap sebuah gerakan yang telah di deklarasikan tersebut, maupun bagaimana implementasi gerakan yang mungkin dirasakan belum berjalan secara maksimal hingga saat ini. Setidaknya, IRM melalui proses dealektika yang panjang, telah berhasil merumuskan sebuah landasan gerakan yang cukup sistematis, yaitu Gerakan Kritis-Transformatif. Inilah sebuah ikhtiar ataupun usaha sungguh-sungguh yang dilakukan oleh IRM untuk melakukan sebuah perubahan yang lebih baik bagi pelajar.
Begitupun yang dilakukan oleh IPM sekarang, pada Muktamar XVII di Yogyakarta kemarin, IPM kembali melakukan proses dialektika yang panjang tersebut. Melalui diskusi kritis, evaluasi, maupun analisis terhadap segala persoalan dan tantangan dakwah pelajar masa kini, yang akhirnya kembali mendeklarasikan diri sebagai Gerakan Pelajar Kreatif. Sebuah gerakan yang diharapkan dapat menjawab persoalan maupun tantangan dakwah pelajar yang ada dengan segala kreatifitas yang dimiliki dalam rangka berdakwah. Tanpa menafikkan Gerakan Kritis-Transpormatif yang sebelumnya dikumandangkan dan tidak menganggap bahwa gerakan tersebut tak lagi relevan terhadap persoalan pelajar masa kini.
Melalui keputusan Muktamar IPM XVII di Yogyakarta kemarin, dengan Gerakan Pelajar Kreatif yang telah di deklarasikan guna mewujudkan Terbentuknya pelajar muslim yang berilmu, berakhlak mulia, dan terampil dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Maka IPM periode 2010-2012, melalui melalui forum Rapat Kerja Pimpinan (Rakerpim) pada tanggal 10-12 Agustus 2010 di Cipanas, merumuskan Visi IPM 2010-2012, yaitu “Menjadikan IPM Sebagai Rumah Kreatif Pelajar Indonesia”. Semoga dengan keputusan Muktamar yang telah ada dan dengan visi IPM 2010-2012 tersebut, dapat mempermudah IPM mewujudkan tujuannya disuatu saat nanti, amien.
Marjuansyah
Ketua Bidang PIP PP IPM (0813 2888 4540)
Jl. KHA. Dahlan, No.103 Yogyakarta 55262

Menaruh Kepercayaan: Mengorbit Kader


Keseimbangan dalam sebuah kehidupan, perputaran bumi, pergantian siang dan malam, keikhlasan Sang Matahari terbenam disore hari kemudian berganti dengan Sang Bulan dan Para Bintang-bintang nan indah dimalam harinya. Begitulah keharmonisan dunia, ditunjukan dengan sebuah fenomena alam yang begitu mesra, tak kalah mesra dengan sebuah kisah Sang Romio and Juliet.
Dari sebuah ilustrasi diatas ada satu ungkapan yang sangat sederhana dan filosofis, terinspirasi dari sebuah fenomena alam tersebut, terutama mengenai perputaran bumi sebagai sebuah rotasi, yang berbicara tentang sebuah ”Kepercayaan” dengan memberikan kesempatan untuk ikut menjadi besar. Ungkapan tersebut mengatakan bahwa: ”Bintang-bintang tak dapat bersinar sampai Matahari terbenam” (Rick Goings, Chaiman & CEO Tupperware Corporation).
Pertanyaannya adalah: Apa maksud dari ungkapan tersebut?, ternyata Ia hendak mengatakan bahwa ”Jika Sang Matahari bersikap angkuh dan sombong, merasa besar akan dirinya yang dapat menyinari seisi bumi dengan sinarnya, sehingga tidak mau menaruh sikap kepercayaannya dengan memberikan kesempatan pada Sang Bulan dan Para Bintang-bintang tuk dapat bersinar dan menjadi besar, maka sesungguhnya di saat itulah Sang Matahari telah mengingkari fitrahnya, melanggar hukum alam tentang sebuah perputaran bumi (rotasi), pergantian Siang dengan terbenamnya Matahari menuju Sang Malam dengan munculnya Sang Bulan dan Para Bintang-bintang”.
Akan tetapi bersyukurlah, ternyata Sang Matahari tidak demikian, ia selalu rendah hati dan menaruh kepercayaannya pada Sang Bulan serta Para Bintang-bintang dengan memberikan kesempatan pada mereka untuk dapat bersinar digelapnya malam, bahkan tak kalah indanya dengan sinar Mentari dipagi hari dan terbenamnya Matahari disore harinya. Keindahan Sang Bulan dan Para Bintang-bintang dimalam hari, menunjukkan bahwa itulah kebesaran Sang Matahari yang telah memberikan kesempatan pada Sang Bulan dan Para Bintang-bintang untuk bersinar dimalam hari dengan begitu indahnya.
Berbeda dengan kehidupan sosial masyarakat saat ini, terutama dalam berorganisasi. Sangat disayangkan dan meruginya mereka yang tak begitu banyak menyadari akan sebuah keharmonisan hidup, keindahan dan kemesraan yang ditunjukkan oleh alam.
Begitulah kiranya gambaran kebanyakan sebuah organisasi kemasyarakatan maupun organisasi pelajar atau kepemudaan saat ini. Banyak oknum pimpinan organisasi yang merasa seolah menjadi Sang Matahari yang besar dan selalu menyinari, akan tetapi tak pernah memberikan kesempatan pada Sang Bulan dan Para Bintang-bintang (Kader Organisasi) tuk dapat bersinar, mengorbit indah dan menyinari, walaupun tak secerah mentari tetapi setidaknya ia selalu dinanti.
Sebut saja organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), yang jelas-jelas mengatakan bahwa: Keanggotaan, Kader, dan Simpatisan IPM adalah ”Pelajar muslim yang berusia minimal 12 tahun dan maksimal 21 tahun dan mereka yang diperlukan oleh organisasi dengan usia maksimal 24 tahun” (AD IPM BAB V, Pasal 10 ayat 1 point b dan c)[1]. Selain itu Batasan Umur Pimpinan di IPM disebutkan: ”Pimpinan Wilayah dan Pusat IPM adalah 24 tahun pada saat Musywil dan Muktamar, sedangkan Pimpinan Cabang dan Daerah adalah 22 tahun pada saat Musycab dan Musyda (ART IPM pasal 25 point a dan b).
Jadi jelas bahwa secara tersurat maupun tersirat IPM telah mengatur keanggotaan maupun batasan umur pimpinan sebagai salah satu bentuk konsistensi IPM sebagai organisasi pelajar (Ikatan Pelajar Muhammadiyah). Sehingga jika lebih dari usia normal seorang pelajar pada umumnya, akan tetapi masih berkecimpung di dalam kepengurusan IPM, berarti ia telah menyalahi aturan seperti yang digambarkan dalam ungkapan diatas: ”seperti Sang Matahari yang sombong, angkuh, dan tak mau menaruh kepercayaan dengan memberikan kesempatan pada para Kader Muda (Bintang-bintang) IPM untuk memimpin IPM di semua tingkatan kepemimpinannya (Bersinar seperti Matahari)”.
Pemimpin seperti itulah yang biasanya membahayakan sebuah organisasi, karena ia memimpin bukan untuk menjalankan tugas dan amanah yang ia emban, tetapi untuk menggapai kepentingan pribadi atau kelompoknya semata. Sehingga berdampak pada organisasi yang kemudian lamban dalam melakukan sebuah gerakan keorganisasiannya (tidak progresif), biasanya sibuk dengan urusan internal keorganisasiannya semata dengan urusan-urusan yang tidak substantif.
Mudah-mudahan IPM tidak demikian. Jikapun IPM ternyata mengalami sindrom seperti itu, maka mulailah dari saat ini dan seterusnya untuk dapat introspeksi diri, mencoba melihat gerakan IPM selama satu periode terakhir apakah IPM telah memberikan kontribusi yang nyata terhadap penyelesaian persoalan pelajar dan pendidikan di Indonesia. Apalagi IPM saat ini menjelang Miladnya yang ke 49, ibarat sebuah umur manusia yang tidak muda lagi ”telah banyak makan garam” banyak pengalaman yang telah dilalui. Hal ini menunjukkan bahwa seharusnya IPM dapat lebih cerdas dan progresif dalam melakukan gerakannya membela kaum pelajar dan pendidikan dalam rangka mencapai tujuan: ”Terbentuknya pelajar muslim yang berilmu, berakhlak mulia, dan terampil dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam, sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”[2], masyarakat Baldatun toiyibbatun wa robbun ghofur.
Selain itu menjadi moment yang baik bagi IPM yang saat ini juga menjelang Muktamar XVII di Yogyakarta, sebuah Kota yang bisa dikatakan kiblatnya IPM se Indonesia dan merupakan tempat kelahirannya Muhammadiyah. Sehingga IPM kedepan setidaknya dapat melakukan refleksi diri, kembali membangkitkan semangat baru dengan sebuah gerakan baru yang lebih progresif, diiringi pula dengan pimpinan-pimpinannya yang tidak hanya sekedar jiwa dan pemikirannya yang muda, akan tetapi IPM kedepan dapat dipimpin oleh para intelektual yang benar-benar muda, cerdas dan berkualitas, sehingga IPM kedepan dapat kembali menjaga konsistensinya sebagai Organisasi Pelajar dan Istiqomah dalam gerakan amar ma’ruf nahi munkar serta membela kaum pelajar dan pendidikan.
Ipmawan Marjuansyah
Ketua Bidang PIP PP IPM 
Jl. KHA. Dahlan, No.103 Yogyakarta 55262
Contact Person: 0856 255 8975


[1] Tanfidz Konpiwil IPM 5 Desember 2009 di Mataram.
[2] Ibid.